Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

settia

Dengan Literasi Aku Bisa Apa?

 “Meskipun aku dibesarkan di tempat yang buta akan literasi, tetapi jangan sampai masyarakat di sekitarku buta literasi.”

- Mega William Sari -

Dengan Literasi Aku Bisa Apa?

“Jadikan setiap tempat sebagai sekolah dan jadikan setiap orang sebagai guru.” Ki Hajar Dewantara

Tulisan ini penulis dedikasikan untuk para pejuang literasi di manapun berada. Seraya membaca tulisan ini, silahkan seduh secangkir kopi hitam pahit sambil lalu bersantai. Karena penulis yakin, pembaca akan membutuhkan seorang teman dalam membaca tulisan ini. Tulisan yang sekiranya mungkin akan merubah sedikit mindset pembaca setelah membaca tulisan singkat ini.

Kali ini, penulis akan membagikan sedikit cerita dari seorang perempuan yang bisa disebut sebagai seorang pegiat literasi, dan juga bisa disebut sebagai seorang aktivis organisasi. Kenapa begitu? Karena ia adalah orang yang termasuk aktif dalam beberapa kegiatan organisasi, dimulai dari organisasi pelajar, kepemudaan hingga sosial. Bahkan ia sekarang masih tercatat aktif sebagai relawan penanggulangan Covid-19 di wilayah Provinsi Jawa Tengah.

Namanya Mega William Sari, seorang perempuan yang sebagian besar masa remajanya dihabiskan untuk mengabdi di tengah masyarakat. Suatu hari, penulis menyempatkan diri untuk menemuinya. Di sana, penulis langsung disambut dengan sebuah senyuman hangat. Dalam hati, penulis berkata, “Memang betul kalau ia adalah satu dari sekian banyak sosok pengayom yang dibutuhkan oleh masyarakat”.

Bagi perempuan yang akrab disapa Mbak Mey ini, sudah menjadi hal yang biasa bertemu dengan orang baru. Karena memang seseorang yang aktif di tengah masyarakat haruslah humble bertemu dengan orang yang sudah dikenal maupun sebaliknya, juga dituntut untuk selalu menjaga setiap attitude-nya.

Perempuan yang sudah berusia 20 tahun itu berasal dari Kabupaten Demak. Ia bertempat tinggal di Desa Surodadi RT. 02 RW. 02, Kecamatan Gajah, Kabupaten Demak atau yang lebih biasa dikenal dengan sebutan Demak Timur. Dalam kesehariannya, ia sudah biasa berteman baik dengan polusi udara, panas dan derasnya air hujan.

 “Walaupun tinggal di sebuah desa tapi tak pernah menyurutkan semangat untuk menjadi seorang yang bermanfaat bagi orang lain.” Kata Mbak Mey di tengah-tengah obrolan kami.

Penulis pun membenarkan, ketika melihat perjuangannya dalam dunia literasi; bagaimana ia berusaha agar literasi di Kabupaten Demak ini tidak stagnan. Apalagi setelah H.M. Natsir, S.Ag., M.Pd., MM. (Bupati Demak 2016-2021) bersama Kepala LPMP Jawa Tengah yang mewakili Kementerian Pendidikan dan kebudayan RI Drs. Harmanto, M.Si. serta Koordinator USAID PRIORITAS Jawa Tengah Dr. Nurkolis, MM. bersama dengan Kepala SKPD serta masyarakat Demak mendeklarasikan diri sebagai Kabupaten Literasi dan meresmikannya di Halaman Pendopo Kabupaten Demak.

Menurut Mbak Mey, momen itu hanyalah sebuah deklarasi semata serta tidak ada sebuah tindakan eksekusi yang nyata atau signifikan untuk masyarakat. Karena pencanangan itu hanya berlaku untuk daerah yang tertangkap mata oleh pemerintahan Demak, dan selebihnya terlewati.

“Meskipun aku dibesarkan di tempat yang buta akan literasi, tetapi jangan sampai masyarakat di sekitarku buta literasi.” Kata Mbak Mey.

Mbak Mey sendiri mengakui bahwa masyarakat di Kabupaten Demak ini masih minim terkait pengetahuan literasi. Bahkan di tempat tinggalnya sendiri masih termasuk daerah yang cukup kalah apabila literasi disandingkan dengan gadget. Namun, ia juga meyakini bahwa keadaan seperti itu bukan hanya di desanya saja, melainkan juga terjadi di daerah lain di Kabupaten Demak.

Meskipun pemerintahan Kabupaten Demak sudah beberapa kali menunjuk beberapa desa untuk dijadikan Kampung Literasi sebagai Role Model, tetapi tetap saja sebagian besar masyarakat belum sepenuhnya merasakan dunia literasi yang memiliki pelayanan dan fasilitas nyaman.

Nah, dimulai dari sinilah “ghiroh” perjuangan seorang Mbak Mey muncul dalam rangka mengimplementasikan apa yang pernah ia dapat perihal dunia literasi selama ini. Ia pun mendirikan Omah Moco Kalijogo (Rumah Baca Kalijaga) untuk menjalankan misi literasinya.

Omah Moco Kalijogo

Omah Moco Kalijogo (OMK) adalah sebuah rumah baca dan wadah para pegiat literasi di Kabupaten Demak. Omah Moco Kalijogo ini didirikan oleh Mbak Mey untuk menjadi jembatan bagi masyarakat yang masih tertinggal akan literasi. Omah Moco Kalijogo ini juga menjadi wadah bagi para pegiat literasi untuk turut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
...................
Kisah lengkap "Dengan Literasi Aku Bisa Apa?" dapat anda baca di buku Membumikan Literasi.
Membumikan Literasi


Posting Komentar untuk "Dengan Literasi Aku Bisa Apa?"