Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

settia

Merajut Asa Harapan Anak-anak Desa



Penulis : Ade Irmanus Sholeh
Ditulis dalam rangka mengikuti Lomba Menulis Kisah Inspiratif Perpustakaan Desa dengan tema Dari Desa Membangun Bangsa

Pagi itu seperti biasanya Mas Danto seorang petani kopi asal Desa Dawuhan sibuk mempersiapkan peralatan berkebunnya. Jam dinding di rumahnya menunjukkan pukul 07:00, Mas Danto begitu sapaan akrabnya bergegas menuju kebun kopinya bersama warga lainnya yang seprofesi dengannya. Suasana pagi yang dingin dan berselimut kabut menyambut Mas Danto dan warga lainnya yang tinggal di lereng Gunung Slamet untuk memulai aktivitasnya. Mas Danto merupakan satu dari sekian banyaknya pemuda Desa Dawuhan yang dikenal gigih dan memiliki etos kerja yang tinggi. Dalam kesehariannya selain sibuk dengan aktivitas berkebun, Mas Danto juga dikenal sebagai pemuda yang aktif dalam kegiatan-kegiatan yang ada di Desa. Berawal dari kegemarannya membaca dan mengoleksi buku, terbesit dalam benak Mas Danto untuk mendirikan sebuah perpustakaan umum.

Walau hanya tamat SMA, namun hal ini tak menyurutkan semangat Mas Danto untuk berkontribusi membangun desanya dengan mendirikan perpustakaan. Dengan modal semangat dan tekad yang bulat, Mas Danto berupaya mengajak para pemuda Desa Dawuhan untuk bergerak dan menggerakkan Desanya dalam giat literasi untuk kesejahteraan. Sudah sejak lama Mas Danto berniat untuk membangun perpustakaan, namun Ia selalu memendam keinginannya karena belum ada partner yang bisa memahami niat baiknya. Sejak tahun 2016 Mas Danto mulai bergerak untuk merealisasikan impiannya mendirikan sebuah perpustakaan. Rumah demi rumah Ia datangi  guna mengambil buku-buku yang akan didonasikan kepadanya. Dalam perjalanannya, Mas Danto bertemu dengan seorang pemuda yang bernama Rozak.

Rozak merupakan sosok pemuda Desa yang aktif dalam kegiatan sosial dan terlibat aktif juga dalam upaya perlindungan perempuan dan anak. Saat sampai di rumahnya, Mas Danto pun langsung menanyakan niatnya datang ke rumah Rozak. “Zak, Kamu punya banyak buku bacaan untuk didonasikan padaku?” ucap Mas Danto. “Punya banyak mas, buat apa yah Mas?” jawab Rozak, Mas Danto pun dengan cepat menjawab kembali pertanyaan Rozak “Jadi begini Zak, sudah sejak lama Aku ingin mendirikan Perpustakaan Desa, tapi terkendala dengan pengadaan buku dan butuh support juga, maka dari itu Aku berharap dengan langkah kecil ini bisa menggugah warga Desa untuk bisa mendukung niatku ini”. Tanpa pikir panjang Rozak pun menuju kamarnya dan mengambil beberapa koleksi bukunya yang ada di rak buku. Tak lama kemudian Rozak pun keluar dari kamarnya dan bergegas menemui Mas Danto, “Ini Mas lumayan ada beberapa buku yang masih layak baca dan semoga bisa bermanfaat ya Mas, nanti Kita bicarakan bersama yah Mas untuk pendirian Perpustakaan Desa” Ucap Rozak dengan penuh yakin. Tak lupa Mas Danto pun mengucapkan rasa terimakasih kepada Rozak untuk kemudian melanjutkan mengunjungi rumah-rumah warga untuk mengumpulkan buku-buku dari warga yang akan berdonasi.

Setiap hari bahkan sebelum tidur Mas Danto selalu memikirkan niatnya untuk mendirikan sebuah Perpustakaan Desa. Rasa pesimis terkadang terlintas dalam pikirannya, mustahil memang ketika memiliki niat untuk mendirikan Perpustakaan Desa dengan modal seadanya dan kurangnya support dari lingkungan sekitar. Bahkan ejekan dan cacian sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Mas Danto. Bukan hanya itu saja, Mas Danto pernah dianggap gila oleh sebagian warga karena impiannya yang dianggap banyak orang adalah hal yang mustahil untuk bisa direalisasikan. Wajar saja banyak warga yang menganggap Ia gila, karena Mas Danto pada waktu itu sudah mempersiapkan beberapa rak buku tetapi kosong tidak ada satu pun buku yang terpajang di rak yang sudah Ia buat. Tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan, tidak ada hasil tanpa sebuah proses, itulah prinsip yang dipegang teguh oleh Mas Danto.

Harapan untuk mendirikan Perpustakaan Desa semakin kuat ketika mendapatkan dukungan dari keluarganya. Namun rasa ragu selalu muncul ketika ada sebagian warga yang menanyakan padanya terkait tempat yang nantinya akan dijadikan sebagai Perpustakaan Desa. Ibarat benteng yang sedang dibombardir oleh rudal, prinsip dan keyakinan Mas Danto hampir runtuh karena Ia bingung darimana ia harus mencari sumber dana yang banyak untuk membuat bangunan dan fasilitas pendukung lainnya untuk mendirikan Perpustakaan Desa. Saat  sedang  mengalami kebuntuan tiba-tiba Ia teringat akan temannya yang ingin membicarakan terkait pendirian Perpustkaan Desa. Rozak ! Ya, tiba-tiba Mas Danto teringat pada Rozak yang akan mendiskusikan bersama perihal ini.

Bergegas Mas Danto pergi untuk menemui Rozak. Sesampainya di rumah Rozak, Mas Danto pun langsung membicarakan teerkait pendirian Perpustakaan Desa. “Zak, Aku bingung terkait tempat untuk Perpustakaan Desa, Kalau Kita buat darimana uangnya? Belum lagi sarana pendukung lainnya?” pungkasnya pada Rozak. “Bismillah Mas, yakin bahwa niat baik ini akan terwujud jika Kita berusaha dengan sungguh-sungguh Mas” ucap Rozak pada Mas Danto. Mas Danto merenung sejenak, lalu ambil nafas panjang seraya berkata kepada Rozak “Zak, kalau Kita membuat gedung perpustakaan sepertinya harus butuh dana yang banyak, Aku ada alternatif bagaimana kalau rumahku dijadikan perpustakaan? Nanti Aku coba diskusikan dengan keluarga di rumah”.  Rozak tercengang dan langsung menanggapi apa yang sudah  Mas Danto lontarkan “serius mas? Kalau respon keluarga tidak setuju bagaimana? Coba pikirkan dengan matang mas”. Mas Danto terdiam sejenak dengan tatapan matanya yang kosong, tak lama kemudian Mas Danto pun merespon pertanyaan dari Rozak, “Bismillah Zak, semoga keluarga di rumah bisa memahami niat baik ini, Aku pamit pulang Zak ingin secepatnya Aku diskusikan dengan keluarga di rumah”. Tanpa berlama-lama Mas Danto pun pamit pada Rozak unuk pulang.

Di tengah perjalanan Mas Danto bergumam dalam hatinya apakah keluarga benar-benar mau menerima keputusannya menjadikan rumahnya sebagai perpustakaan. Dengan langkah  yang penuh yakin, Mas Danto perlahan mengetuk pintu rumahnya dengan perasan yang campur aduk sembari mengucap salam, lalu dibukalah pintu rumah oleh Istrinya. “Darimana mas?” ucap Istri Mas Danto. Dengan wajah lusuh Mas Danto menjawab pertanyaan Istrinya “dari rumah Rozak, tadi diskusi terkait pendirian perpustakaan, Mas bingung terkait tempat yang nantinya akan dijadikan perpustakaan, alternatif terakhir ya rumah ini”. Istri Mas Danto meresponnya dengan senyum yang manis, sembari pergi ke dapur dan membuatkan secangkir kopi beserta ubi rebus untuk dihidangkan kepada Mas Danto di ruang tamu.

“Mas, jangan lelah berjuang, Mas tidak sendirian, ada Aku dan orangtua yang siap hadir dan mendengar sepenuhnya, ingat mas selalu ada jalan bagi orang-orang yang ingin berbuat kebaikan, Aku dan Bapa Ibu udah denger terkait betapa gigihnya Mas Danto berjuang untuk mendirikan perpustakaan, silahkan Mas pergunakan rumah ini untuk dijadikan sebagai perpustakaan ” ucap Istri Mas Danto. Mendengar jawaban seperti itu raut bahagia langsung terpancar di wajah Mas Danto. Tidak ada hasil tanpa sebuah proses, perlahan namun pasti Mas Danto dan Rozak semakin giat dan percaya diri menggaungkan pendirian perpustakaan desa kepada warga desa. Lambat laun melihat gerakan Mas Danto dan Rozak warga pun mulai tergugah untuk bersama-sama mendukung pendirian perpustakaan di rumah Mas Danto.

Kesadaran warga dan dukungan dari warga menjadi semangat Mas Danto dan Rozak semakin membara, hingga pada tahun 2018, Mas Danto dan Rozak memberanikan diri untuk launching perpustakaan dengan nama “Perpustakaan Insan Cita Desa Dawuhan”, dengan harapan semua insan (manusia/orang) yang ada di Desa Dawuhan dapat merealisasikan cita-citanya dengan giat literasi untuk kesejahteraan. Berkat usaha dan perjuangan Mas Danto dan Rozak semua warga dapat mengakses semua informasi dan mendapatkan hal yang edukatif dengan memanfaatkan perpustakaan sebagai wadah untuk pemberdayaan masyarakat desa. Hingga pada ujung tahun 2018, Perpustakaan Insan Cita Desa Dawuhan mendapat penghargaan tingkat Kabupaten juara III sebagai Perpustakaan Desa Terbaik. Puncaknya pada tahun 2019, Perpustakaan Insan Cita Desa Dawuhan mendapatkan penghargaan dari perpustakaan nasional sebagai perpustakaan desa terbaik dalam implementasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Perpustakaan Insan Cita Desa Dawuhan digunakan dan dimanfaatkan oleh warga sebagai pusat pembelajaran dan wadah tukar informasi serta pelatihan-pelatihan untuk para petani kopi dan sayur yang ada di Desa Dawuhan.






BIODATA PENULIS 


Nama : Ade Irmanus Sholeh
Tempat Tanggal Lahir : Brebes, 29 Oktober 1993
Alamat : Dukuhturi RT 05 RW 03, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes
Email : adeirmanus@gmail.com
No HP/Whatsapp : 085733866397
Pekerjaan : Mahasiswa Universitas Terbuka Purwokerto, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris

7 komentar untuk "Merajut Asa Harapan Anak-anak Desa"

  1. Memberi sebuah Motivasi Untuk Membangun Perpustakaan Baru di Desa

    BalasHapus
  2. Sangat termotivasi
    Semangat trus kakak pendamping semoga suskes selalu dan berkah ilmunya

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Keren ka
    Tekat niat yang mulia kini menjadi contoh dan kesuksesan

    BalasHapus
  5. Semangat ka!
    Pejuang literasi luar biasa, demi anak Indonesia lebih maju.
    Terus lanjutkan perjuanganmu...

    BalasHapus