Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

settia

Kebaikan dan Kebermanfaatan: 8 Tahun Perjalanan Perpustakaan Bina Ilmu Sialang Sakti, Kab. Siak

Kebaikan dan Kebermanfaatan: 8 Tahun Perjalanan Perpustakaan Bina Ilmu Sialang Sakti, Kab. Siak

Penulis : Sri Rakhmadayani
Ditulis dalam rangka mengikuti Lomba Menulis Kisah Inspiratif Perpustakaan Desa dengan tema Dari Desa Membangun Bangsa

“Perpustakaannya sekarang sudah bagus ya, Mbak. Nyaman”, begitulah kalimat pembuka salah seorang pemustaka suatu hari saat memasuki gedung perpustakaan kampung kami.

“Mbak, koleksinya sekarang sudah banyak, ya. Ini buku baru semua, Mbak? Kalau saya mau pinjam gimana? Dulu punya kartunya, tapi itu sudah duluuu sekali. Bisa nggak, Mbak?”, kata salah seorang pemustaka lagi, yang datang ke perpustakaan setelah lama tidak menginjakkan kakinya di perpustakaan ini.

Berbagai tanggapan positif kini kami dapatkan, mulai dari tanggapan mengenai fasilitas yang kian meningkat, suasana perpustakaan yang nyaman dan sejuk walaupun dengan ruangan yang mungil, koleksi yang semakin bertambah, serta tanggapan lain yang membuat kami tersenyum bahagia dan semakin bersemangat untuk memberikan yang lebih banyak lagi kepada pemustaka kami.

Inilah kisah kami, kisah perpustakaan yang kami beri nama Perpustakaan Bina Ilmu, nama tersebut disematkan oleh salah satu perangkat kampung saat perpustakaan ini akan resmi di buka pada tahun 2012. Letak gedung perpustakaan Bina Ilmu saat ini sangat strategis, karena terletak di pusat pemerintahan Kampung Sialang Sakti, Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak. Perpustakaan Bina Ilmu berdiri atas inisiatif dari salah seorang warga bernama ibu Rasmita, beliau merupakan seorang pegawai tata usaha di sebuah sekolah di kampung kami yang memiliki keahlian dibidang perpustakaan, karena dahulu pernah mengelola perpustakaan sekolah dan beberapa kali mengikuti bimtek pengelolaan perpustakaan.

Inisiatif mendirikan sebuah perpustakaan kampung berawal dari tahun 2011, dimana saat itu beliau melihat tumpukan buku di kantor kampung Sialang Sakti yang dibiarkan begitu saja karena tidak ada yang bisa mengelola dan memanfaatkan buku-buku tersebut, sehingga beliau meminta izin kepada penghulu kampung saat itu untuk mengolah buku-buku yang tergeletak agar bisa dimanfaatkan. Kemudian pada tahun 2012, beliau mengusahakan untuk mendirikan perpustakaan dengan mengajukan pembuatan SK Penghulu dan mulai melakukan advokasi agar perpustakaan bisa diperhatikan serta diberikan bantuan untuk pengadaan buku dan sarana prasarana lainnya.

Dalam proses pengajuan SK Penghulu sama sekali tidak ada rintangan yang dihadapi, karena saat itu kami bersyukur pemerintah kampung mendukung keberadaan perpustakaan. Maka, kami diberikan SK pendirian dengan segera. Bermodal buku berjumlah kurang lebih 50 judul yang ada di kantor kampung Sialang Sakti dan bantuan tenaga dari mahasiswa KKN UIN Suska Riau tahun 2012, perpustakaan Bina Ilmu resmi launching dengan bangunan pertama menumpang di kantor P2A yang juga merupakan posko mahasiswa KKN UIN Suska Riau tahun 2012. launching perdana Perpustakaan Bina Ilmu dimeriahkan dengan lomba mewarnai dan promosi kepada peserta yang hadir bahwa di kampung Sialang Sakti telah hadir Perpustakaan dengan buku-buku yang bisa di baca secara gratis.

Namun kemeriahan itu tidak berlangsung lama, bukan perjuangan namanya jika tidak ada cobaan serta kerikil-kerikil yang menjadi penghias perjuangan dalam merintis sebuah perpustakaan di daerah perkampungan yang mayoritas masyarakatnya belum memahami arti penting sebuah perpustakaan. Dan jika tidak ada perjuangan yang dilalui maka kisah ini tidak pula bisa kami bagikan kepada orang lain. Ternyata perjuangan keras harus dilakukan pasca launching perdana perpustakaan, kami kesulitan menambah koleksi perpustakaan. Tidak ada penganggaran dari pihak kampung meskipun advokasi telah dilakukan berulang kali. Maka yang kami lakukan adalah mengumpulkan buku dengan cara membuka donasi, masyarakat bisa turut berkontribusi dalam pengembangan perpustakaan dengan cara memberikan buku baru ataupun bekas yang masih layak baca. Kami selalu percaya, masih banyak orang-orang baik di dunia ini. Kita yang berjuang untuk kebaikan, tidak akan pernah dibiarkan berjalan sendirian meskipun sejatinya saat itu ibu Rasmita melakukan segalanya sendirian demi tegaknya sebuah gedung yang mampu membangun peradaban yang lebih baik di kampung kami. Banyak warga yang mendonasikan buku, majalah, surat kabar dan koleksi lain yang mereka miliki untuk perpustakaan.

Sejak awal merintis, koleksi perpustakaan diolah sesuai dengan standar nasional perpustakaan, itulah keahlian yang dimiliki Ibu Rasmita yang didapatkan dari pengalamannya mengelola perpustakaan sekolah selama bertahun-tahun meskipun tidak memiliki ijazah sarjana Ilmu Perpustakaan. Karena sejak awal dikelola berdasarkan standarnya, buku-buku yang sudah didonasikan menjadi terdata dengan baik. Buku-buku tersebut kemudian di susun di dalam rak buku seadanya, rak-rak tersebut merupakan rak pribadi bekas rak sepatu di rumah beliau. Semua sarana yang ada di dalam perpustakaan di beli menggunakan uang pribadi dan meja-mejanya didapatkan dari meja yang sudah tidak digunakan lagi oleh pemiliknya. Semua aktivitas di perpustakaan kampung dilakukan oleh beliau setelah tanggung jawabnya sebagai pegawai tata usaha di sekolah usai. Kegiatan sekolah selesai pukul 14.00 wib, kemudian dilanjutkan dengan mengelola perpustakaan kampung hingga pukul 18.00 wib.

Karena lokasi yang jauh dari rumah, dan kesulitan untuk memantau serta mengolah koleksi yang kian berdatangan dari masyarakat, akhirnya perpustakaan Bina Ilmu berpindah ke perumahan sekolah, menggunakan perumahan yang tidak ditempati untuk disulap menjadi gedung perpustakaan. Tidak hanya koleksi dari masyarakat, ibu Rasmita kembali melakukan advokasi ke berbagai pihak salah satunya ke Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Siak. Setelah berulang kali melakukan advokasi, perjalanan 1 jam yang selalu di tempuh ke pusat kabupaten Siak, hasilnya benar-benar manis, kami mendapatkan bantuan buku dari dana APBD sebanyak 500 judul di tahap pertama, kemudian berlangsung hingga tahap kedua. Semakin banyak buku yang datang, maka rak yang diperlukan semakin banyak, namun beberapa kali advokasi ke pihak pemerintah kampung, hasilnya? Kami hanya mendapatkan bantuan 1 unit rak buku, maka rak lain bertambah dengan dana dari kantong sendiri.

Koleksi semakin banyak, namun ternyata pemustaka tidak bertambah. Sulitnya mengajak masyarakat untuk ke perpustakaan kami rasakan, jangankan untuk mengajak membaca buku, untuk menginjakkan kaki dan meramaikan perpustakaan saja sulitnya luar biasa. Maka, strategi kami susun. Pertama kali yang kami pikat hatinya untuk datang ke perpustakaan dan beraktivitas di perpustakaan adalah anak-anak. Mereka masih dalam usia yang suka dengan aktivitas fisik dan bermain, maka di perpustakaan kami sediakan beragam mainan edukasi yang lagi-lagi di beli dengan dana pribadi dan dana dari lomba perpustakaan di tingkat kabupaten, yang didapatkan dari hasil kerja keras dengan tujuan hanya untuk menghidupi perpustakaan yang diharapkan mampu memberikan kontribusi terbaiknya untuk masyarakat sekitar.

Perpustakaan mulai ramai, lokasi kedua sudah mulai tidak strategis dan tidak kondusif, karena ruangan padat dengan buku yang akhirnya membuat mata justru tidak semangat memandang buku yang ada. Ibu Rasmita merupakan salah satu pengurus PKK Kampung Sialang Sakti saat itu, ia melobi ketua PKK yang baru, agar perpustakaan bisa bekerjasama dengan Pokja yang membawahi bidang pendidikan dan memindahkan perpustakaan ke gedung PKK Kampung Sialang Sakti, maka hal itu disetujui dan kami pindah ke gedung PKK Kampung Sialang Sakti yang lokasinya lebih strategis di pusat pemerintahan kampung dan pusat pendidikan kampung karena di kelilingi oleh sekolah-sekolah dengan berbagai tingkatan, serta ruangan PKK yang cukup luas untuk perpustakaan. Tidak hanya itu, tujuan bekerjasama dengan PKK agar ibu-ibu PKK bisa berkegiatan sekaligus ke perpustakaan saat pertemuan rutin dilakukan oleh mereka, dan memudahkan untuk promosi kegiatan perpustakaan.

Karena keterbatasan tenaga dan kesulitan membagi waktu, maka di masukan 2 orang pengelola perpustakaan yang di gaji menggunakan uang pribadi, yang kemudian diperjuangkan agar pengelola perpustakaan bisa digaji melalui anggaran dana kampung. Setelah perjuangan beberapa tahun, akhirnya pengelola bisa di gaji melalui anggaran dana kampung dan tahun 2015 kami mendapatkan gedung baru khusus untuk perpustakaan desa dengan ukuran yang sangat mungil, tapi kami sangat bersyukur menerimanya.

Tahun 2019 kabar baik datang dari Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Siak yang mengabarkan bahwa akan ada program Transformasi Perpustakaan berbasis inklusi sosial, yang nantinya perpustakaan juga akan di bantu dengan buku, komputer, TV dan lain sebagainya. Maka, bantuan ini lah yang kami tuju, semoga bisa menjadi batu loncatan agar perpustakaan kampung kami bisa menebarkan manfaatnya lebih luas lagi. Dan, perpustakaan Bina ilmu menjadi salah satu perpustakaan yang menerima manfaat tersebut atas komitmen kesanggupan untuk bisa berubah lebih baik dan lebih maju lagi dari kami sebagai pengelola serta dari pihak pemerintah kampung Sialang Sakti. Setelah banyak hal yang kami lakukan, dengan mengikuti program ini kami bisa belajar banyak hal dari master trainer dan dari perpustakaan terpilih lainnya. Setelah kami bertemu dengan perpustakaan desa lain di Indonesia, kami bersyukur bahwa perpustakaan kami sejatinya sudah lebih baik, dukungan dari masyarakat serta banyak pihak di sekeliling kami membuat kami merasa lebih beruntung dari perpustakaan lain yang mungkin juga sedang merintis. Perjuangan selama lebih kurang delapan tahun menjadikan kami lebih banyak melakukan evaluasi agar kami dapat terus berada di hati masyarakat, dan tidak dilupakan oleh mereka.

Delapan tahun bukanlah waktu yang singkat. Lantas, apa yang membuat kami tetap bertahan? Kami mencari nafkah di kampung ini. Kampung ini tak henti-hentinya memberikan kehidupan yang lebih baik untuk kami. Maka saatnya kami memberikan yang terbaik untuk kampung kami dengan kemampuan yang kami miliki. Kami hanya berharap kemampuan yang tidak seberapa ini, mampu memberikan manfaat seluas-luasnya untuk masyarakat di kampung kami.

Kini, banyak perpustakaan desa yang ingin seperti perpustakaan Bina Ilmu, banyak yang datang dan menyampaikan maksud untuk belajar yakni teman-teman yang juga memiliki rasa ingin memberikan perubahan dan manfaat pada kampung halamannya. Kami senang, bahwa kini lebih banyak bermunculan yang memperjuangkan perpustakaan desa dan gerakan literasi masyarakat di daerah kami, artinya kami tidak sendiri, perjuangan ini sudah mulai dilirik oleh banyak orang, semoga semangat dan niat baik kami serta teman-teman lainnya mampu memberikan warna terbaik di kampung halam masing-masing, agar lahir masyarakat Indonesia yang bisa merasakan nikmatnya belajar meskipun tidak mampu mengenyam pendidikan di bangku sekolah, dan tercapainya tujuan Indonesia seperti amanat undang-undang dasar 1945 “Mencerdasakan Kehidupan Bangsa” melalui perpustakaan desa.







BIODATA PENULIS


SRI RAKHMADAYANI, dilahirkan di Kampung Sialang Sakti, Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak pada tanggal 28 Januari 1997. mengenyam pendidikan SD dan SMP di Kampung Sialang Sakti, SMK jurusan Teknik Komputer dan Jaringan di Kecamatan Mempura, Siak dan melanjutkan jenjang perkuliahan di Universitas Lancang Kuning pada Program Studi Ilmu Perpustakaan di Fakultas Ilmu Budaya Unilak. Selama kuliah, aktif di Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan dan menjabat sebagai sekretaris umum serta aktif di Ikatan Pemuda Masjid Al-Fatah Unilak sebagai Ketua Keputrian periode 2015-2017.

Setelah menyelesaikan perkuliahan memutuskan untuk pulang ke kampung halaman dan mengelola perpustakaan kampung bernama Perpustakaan Bina Ilmu. Sebelumnya, ia aktif menjadi relawan dengan membantu perpustakaan Bina Ilmu dengan cara memberikan ide-ide kegiatan perpustakaan dan membantu mengelola jika libur kuliah dengan membantu di bidang layanan teknis perpustakaan. Namun saat ini ia di amanahkan sebagai kepala perpustakaan Bina Ilmu Kampung Sialang Sakti. Selain itu, ia merupakan salah satu founder dari Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Pena Bertuah dan saat ini sebagai salah satu penanggung jawab TBM yang didirikan pada bulan Oktober 2019 tersebut. Ia juga pernah menerbitkan buku bersama rekan-rekannya sesama ketua keputrian Lembaga Dakwah Kampus (LDK) se-Riau pada tahun 2019 dengan judul “Menggapai Asa”.

Alamat Email : sri.rakhmadayani02@gmail.com
Instagram : @libraryani_
Facebook : Sri Rakhmadayani

3 komentar untuk "Kebaikan dan Kebermanfaatan: 8 Tahun Perjalanan Perpustakaan Bina Ilmu Sialang Sakti, Kab. Siak"

  1. Semangat dan maju terus Perpustakaan Desa Bina Ilmu.
    Semoga ini menjadi salah satu jalan kesuksesan Indonesia yang lebih baik lagi..

    BalasHapus
  2. Semangat dan maju terus Perpustakaan Desa Bina Ilmu.
    Semoga ini menjadi salah satu alan kesuksesan Indonesia yang lebih baik lagi..

    BalasHapus
  3. Semangat dan maju terus Perpustakaan Desa Bina Ilmu.
    Semoga ini menjadi salah satu alan kesuksesan Indonesia yang lebih baik lagi..

    BalasHapus