Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

settia

Jejak Langkah Limbah Pustaka


Penulis : Raden Roro Hendarti
Ditulis dalam rangka mengikuti Lomba Menulis Kisah Inspiratif Perpustakaan Desa dengan tema Dari Desa Membangun Bangsa

Panggil saya Roro saja. Nama lengkap saya Raden Roro Hendarti. Di tahun 2007, saya mulai merintis perpustakaan desa bernama Pelita di tempat saya tinggal, di Desa Muntang, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Perpustakaan tersebut embrio dari terbentuknya Limbah Pustaka yang berfokus memadukan kepedulian pada literasi dan lingkungan.

Dengan hati riang, saya ingin berbagi pengalaman mengelola perpustakaan desa. Mungkin di antara pembaca tulisan ini ada yang hendak merintis perpustakaan desa di tempat tinggalnya masing-masing. Cerita ini tentang kesabaran serta suka duka mewujudkan impian setahap demi setahap. Beginilah kisah perjalanan yang telah ditempuh oleh Limbah Pustaka.

Awal mula

Tahun 2007 sudah 13 tahun lewat. Memandang kembali tahun-tahun yang telah berlalu, Desa Muntang dari tahun 1990 sampai tahun 2000-an, termasuk dalam daftar desa tertinggal. Pendapatan perkapitanya rendah. Pendapatan asli desa (PAD) sangat kecil. Banyak masyarakat di lingkungan desa ini hidup dalam keterbatasan ekonomi. Di antara kondisi sosial dan ekonomi tersebut, buku-buku tentu tidak terfikirkan untuk dibeli oleh masyarakat sebagai bacaan memperoleh asupan pengetahuan. 

Berawal dari impian menyelenggarakan akses dukungan pengetahuan untuk menyokong tatanan sosial lebih baik bagi masyarakat desa terpikirkan di benak perlunya akses dan ruang penyebaran ilmu pengetahuan yang didukung oleh kesertaan publik. Saat itu, salah satu impian yang muncul yakni membentuk perpustakaan desa yang berada di satu area pendidikan bagi anak-anak. Mulailah dirintis dengan seadanya perpustakaan Pelita seiring dengan Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) Kelompok Bermain bernama Permata Hati.

Modal awal saat itu, buku-buku lama yang berada di Pojok Baca Bale Desa Muntang. Seijin Kepala Desa Muntang saat itu Bapak Mujahidin, kurang lebih 150 buku ditata ulang di kediaman saya bersama dengan pelaksaan PAUD. Target yang dikejar, orang tua yang mendampingi putra maupun putrinya belajar di PAUD dapat membaca buku sembari menunggu. Setidaknya, orang tua telah memperkenalkan dengan memperagakan secara langsung aktivitas membaca buku kepada anak sejak dini. 

Enam tahun berjalan, perpustakaan dan PAUD mulai berkembang. Peminjaman buku di perpustaakaan mulai jadi kebiasan warga baik orang tua maupun anak-anak. Di tahun 2013, prestasi pertama diraih yakni Juara 1 Lomba Pengelolaan Perpustakaan Desa Kababupaten Purbalingga. Di tahun ini pula, Aktivitas pemberdayaan sosial juga makin meluas dengan mulai dibentuk Bank Sampah.

Selang satu tahun kemudian, pada tahun 2014 kami bersyukur memperoleh Juara Harapan 2 Lomba Pengelolaan Perpustakaan Desa Tingkat Provinsi Jawa Tengah. Anugerah yang lain, keberadaan bank sampah mendapat SK dari Kepala desa dengan nama Bank Sampah “Sampah Sahabatku“.  Sedang di tahun 2015 Bank Sampah mendapat bantuan 1 unit motor roda 3 dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Purbalingga yang saat itu masih bernama Badan Lingkungan Hidup (BLH).  Motor roda tiga itu, kelak jadi cikal bakal Limbah Pustaka sebagai bagian perpustakaan bergerak.

Di satu sisi, tahun 2015 juga jadi masa penuh tantangan. Pada waktu itu, tingkat kunjungan ke perpustakaan Pelita turun drastis. Sebabnya, kemajuan teknologi informasi yang mendominasi tak disikapi dengan bijak. Anak-anak dibiarkan oleh orang tua bermain game di gadget. Lambat laun permainan virtual lebih menarik perhatian anak-anak daripada membaca buku.

Di sisi lain, apresiasi dari berbagai pihak memantik geliat untuk mengubah keadaan. Perpusdes Pelita dan Bank Sampah mendapat bantuan dana dari Desa, dengan alokasi Dana Desa.  Dana tersebut kami manfaatkan untuk membeli buku, operasional dan sarana prasarananya. Ada pula bantuan 3 unit komputer dari Program Perpuseru Coca-Cola Fondation melalui Perputakaan Daerah (Perpusda) Purbalingga di tahun 2017.

Kami pun mulai mengkampanyekan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sebagai bagian sumber pengetahuan. Tujuannya agar gadget tak semata dimanfaatkan untuk mencari hiburan tapi juga mencari pengetahuan-pengetahuan baru. Peran media massa baik televisi, cetak maupun daring yang memberitakan capaian-capaian kami mengelola perpustakaan desa juga membuat kami mulai dikenal oleh khalayak lebih luas.

Limbah Pustaka

Di tahun 2016 mulai dikolaborasikan Kegiatan Perpustakaan Desa dengan kegiatan Bank Sampah. Program yang dijalankan perpustakaan keliling sembari menarik sampah rumah tangga. Kami menyosialisasikan Kepedulian Literasi dan Lingkungan kepada masyarakat.  Sasaran kami mulai dari Pos Yandu Balita, dan mendatangi rumah ke rumah di seluruh wilayah di desa Muntang. 

Staf Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Purbalingga, Sirojudin, ternyata memberi perhatian pada aktivitas kami. Dari beliau, nama Limbah Pustaka muncul.  Sejak saat itu pula, Perpusdes PELITA berganti nama dengan LIMBAH PUSTAKA.

Memasuki tahun 2017 Bank Sampah mendapat Bantuan  1 unit Gedung Pilah Sampah dan sarana serta prasarananya dari DLHK Provinsi Jawa Tengah.  Bantuan dan perhatian dari berbagai pihak mulai datang, dan sejumlah prestasi secara beruntun kami kantongi. Di tahun 2017, kami meraih Best Of The Best dan Perpustakaan Terbaik Perpuseru Award, berlanjut ke tahun 2018 kami memperoleh Best Of The Best Perpuseru Award serta Perpustakaan Terbaik Perpuseru Award.

Masih di tahun yang sama, kami terpilih jadi Juara 2 GRCC (Gramedia Reading Comunity Competition ) Regional Jawa Tengah dan DIY 2018. Di tahun berikutnya, kami bersyukur terpilih sebagai Juara 2 Lomba Bank Sampah se-Kabupaten Purbalingga 2019, dan Juara Stand Terbaik 3 di Perpusda Expo Purbalingga 2019.

Sehimpun prestasi itu jadi pemantik semangat Limbah Pustaka untuk konsisten bergerak dengan berkolaborasi dan bekerjasama dengan berbagai pihak.  Kami menjalin program dengan Dinas Instansi Pemerintah, PKK, PKD, Puskesmas, Perguruan Tinggi, Sekolah dari SD, SMP, SMA, SMK, TK dan PAUD, pihak Swasta, Lembaga Masyarakat maupun perkumpulan dan organisasi masyarakat lainnya.

Setiap melangkah, prinsip yang kami genggam: “tak boleh ada keraguan sama sekali”. Walau acapkali tidak ada bantuan dana operasional, kami meyakini setiap langkah yang berpangkal niat baik akan memperoleh kemudahan-kemudahan yang kadangkala tak terduga. Sampai saat ini setidaknya ada 37 program yang kami jalankan mulai dari kegiatan perpustakaan seperti layanan membaca buku, perpustakaan keliling, dan layanan silang buku (meminjamkan buku) dengan berbagai Pojok Baca dan Perpustakaan desa lainnya di Kabupaten Purbalingga; kegiatan pemeliharaan lingkungan di antaranya pilah dan olah sampah, sodakoh sampah, dan tabungan sampah sampai kegiatan pemberdayaan masyarakat yakni pelatihan membuat kerajinan, pelatihan pembuatan kompos, pelatihan mengolah sampah, dan lain-lain.

Sedang di masa kenormalan baru pandemic Covid-19, kami menerapkan program delivery buku atau pesan antar buku. Layanan ini dimaksudkan untuk menghindari kerumunan di perpustakaan, menerapkan keberjarakan, serta mempermudah warga di Desa Muntang tetap dapat mengakses buku bacaan sebagai sumber asupan pengetahuan.

Alur pesan antar buku, warga memesan buku yang dibutuhkan melalui aplikasi pesan atau telepon ke Limbah Pustaka. Dari satu rumah ke rumah lain, kami bersama relawan Limbah Pusaka mengantarkan buku sembari mengkampanyekan pentingnya kesehatan untuk mencegah penularan covid-19. Kami membagikan masker, mengecek suhu tubuh warga sembari menyosialisasikan pesan kebersihan lingkungan ( 10 rumah aman ).

Dampak Positif

Bagi saya pribadi, Limbah Pustaka telah memberikan manfaat yang tidak ternilai. Setelah mengelola Limbah Pustaka, saya merasa terus didorong untuk mengolah kreativitas dan memperluas cakrawala pengetahuan. Sejumlah kegiatan yang mendukung kemajuan positif itu semisal pelibatan saya sebagai narasumber berbagai penelitian, study banding dan pelatihan serta sosialisasi baik di tingkat kabupaten, provinsi maupun nasional. Terjun mengelola Limbah Pustaka membuat saya menyadari, bahwa setiap langkah kecil yang kita mulai untuk kebermanfaatan banyak orang akan berujung pada himpunan kebaikan-kebaikan dari berbagai penjuru.

Dampak positif Limbah Pustaka kepada masyarakat sekitar misalnya, juga mendorong para relawan untuk produktif bergiat di dunia literasi. Ayuni Kurnia Wulandari misalnya, putri penjual mendoan dan buruh migran ini, aktif sebagai tenaga relawan di Limbah Pustaka dan mengajar kelas menulis. Dekat dengan buku sejak masa kanak membuat ia gemar menulis. Salah satu prestasinya, ia berhasil menjadi juara 1 menulis cerpen pelajar SMA se-Kabupaten Purbalingga. Ayuni juga telah menulis sebuah novel berjudul Story of Cicilia. Ia kini sedang menempuh pendidikan di Universitas Negeri Jogjakarta ( UNY ) Jurusan Sastra Indonesia. Selain itu ada Aditya sukses menjadi Atlit Panjat Tebing Nasional, Arya Daffa Rakhmatullah berhasil menyelesaikan pendidikan di STTD Bekasi dan sekarng bekerja di PT KAI kantor pusat Bandung, Safana Sukses menjuarai Olimpiade Matematika Tingkat Kabupaten Purbalingga, Nada bisa meraih IPK 4 dan adiknya Denis mendapatkan Beasiswa sekolah gratis di SMA Muhamadiyah 1 Purbalingga.

Sedang untuk warga, Adimah misalnya pernah harus berhenti menjadi buruh di pabrik rambut karena harus merawat 3 orang cucunya. Kesulitan ekonomi sempat membelit kehidupannya, karena suami juga berhenti bekerja. Setelah mengikuti pelatihan kerajinan sampah sebagai bagian program pemberdayaan masyarakat di Limbah Pustaka, Adimah sekarang menjadi pengrajin kerajinan berbahan baku sampah.  Alfikah yang harus pulang kampung dan berhenti bekerja di Jakarta untuk menjaga ayahnya dan kedua putra putrinya, juga sukses menjadi pengusaha makanan kecil “ Materu “ Manisan Terong Ungu, setelah mengikuti Pelatihan dan difasilitasi bergabung dengan Dinas Koprasi dan UMKM Purbalingga oleh Limbah Pustaka.  Materu sekarang sudah bisa ditemui di Mini Market.

Limbah Pustaka dalam perjalanannya, tentu banyak mengalami halangan, rintangan, mendapat terpaan badai dan gelombang. Kami memaknai setiap cobaan itu sebagai bagian wajar dari kehidupan yang membuat Limbah Pustaka lebih kokoh. Keikhlasan membawa langkah menjadi ringan. Demikianlah jejak langkah Limbah Pustaka selama 13 tahun ini. 

Dokumentasi Kegiatan dan Aktifitas Limbah Pustaka serta Hasil Kerajinan Daur Ulang Sampah Limbah Pustaka















1 komentar untuk "Jejak Langkah Limbah Pustaka"

  1. Sangat menginspirasi, semoga Taman Baca Pelangi Nusantara bisa mengikuti jejak langkah bu Roro 😊

    BalasHapus