Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

settia

Topografi Desa yang Telah Memiliki Perpustakaan di Gunung Kidul Yogyakarta

Topografi Desa yang Telah Memiliki Perpustakaan di Gunung Kidul Yogyakarta
Oleh : Alip Sudardjo

Desa secara geografis bisa kita kategorikan desa dekat perkotaan atau perbatasan dengan kota, desa seperti ini pola kehidupannya hamper sama dengan masyarakat kota, bahkan perumahan-perumahan banyak dibangun di desa-desa yang tidak jauh dari perkotaan sehingga perilaku masyarakatnya sulit dibedakan dengan kehidupan di kota apalagi di kompleks perumahan tersebut juga sudah dilengkapi dengan fasilitas pertokoan yang nyaris semua kebutuhan hidup ada di toko tersebut, pada tipologi masyarakat desa seperti ini perlakuannya hamper sama dengan kota, jenis bahan bacaan dan fasilitas penunjangnya harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat tersebut. Kemudian desa yang agak jauh dari kota, hamper semua desa sekarang sudah mendapatkan akses fasum seperti listrik dan prasarana jalan yang memadai sehingga sekalipun agak jauh dari perkotaan namun relative mudah dijangkau. 

Pengamatan kami pola kehidupan masyarakat desa tersebut walaupun mata pencaharian mereka banyak yang petani dan peternak namun fasilitas komunikasi dan transportasi sudah cukup memadai seperti memiliki handphone dan kendaraan bermotor maka tidak mengherankan kalau mobilitas mereka menjadi tinggi serta tuntutan pengetahuan mereka juga menjadi luas, kehadiran Perpustakaan desa ditengah-tengah masyarakat desa seperti ini semestinya relevan sepanjang mampu memberikan manfaat bagi kehidupannya.

Kiranya perlu dikaji kebutuhan bahan bacaan apa saja yang pas bagi tipologi masyarakat seperti ini, kemudian buku-buku yang diperbantukan disana mestinya juga selaras dengan kebutuhan masyarakat tersebut, pilihan judul buku tentang pertanian, peternakan dengan sentuhan Teknologi yang mampu memberikan peningkatan produktivitas dan memberikan nilai tambah nampaknya agak cocok disitu. 

Kemudian tipologi desa pedalaman yang jauh dari hiruk pikuk kota, desa seperti ini kadang sulit aksestabilitasnya, sinyal HP sulit karena jauh dari receiver, listrikpun kadang agak sulit dijangkau walaupun sekarang hamper semua desa sudah teraliri listrik, jalan-jalan desa kondisinya tidak selalu bagus bahkan harus melalui jalan setapak untuk menuju fasum. Kehadiran Perpustakaan desa seperti ini butuh perjuangan yang ekstra agar bisa memiliki nilai manfaat yang sesuai dengan kebutuhan mereka, akan lebih cocok orientasinya diperuntukkan kepada anak-anak sekolah di desa tersebut disamping harus dilengkapi dengan buku-buku koleksi tentang pertanian, peternakan serta religious.

Perpustakaan merupakan sarana penunjang pendidikan, keberlangsungan proses pendidikan akan semakin baik bilamana ditunjang dengan kelengkapan Informasi salah satunya adalah kehadiran Perpustakaan, adapun pilar pendidikan meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat maka idealnya akses Informasi berupa bahan pustaka itu tersedia baik di keluarga, sekolah maupun masyarakat. Faktanya belum semua keluarga memiliki Perpustakaan pribadi, belum semua sekolah dilengkapi dengan Perpustakaan yang memadai dan belum semua masyarakat mudah mengakses Perpustakaan baik Perpustakaan umum, komunitas serta Perpustakaan desa. 

Pada sisi lain model pendidikan keluarga kita secara tidak sadar terkesan menyebabkan anak menjadi tergantung dan tidak mandiri, ambil contoh sejak bayi anak tidur bersama kedua orangtuanya bahkan didekap erat-erat sebagai bentuk kasih sayang, selanjutnya mulai taman kanak-kanak anak diantar jemput bahkan ditunggui di sekolahnya bahkan lebih ironis lagi orangtua atau pembantunya ikut sekolah. Bandingkan dengan Negara yang sudah maju, sejak bayi tidurnya sudah dipisah dengan kedua orang tuanya dan selanjutnya sejak TK hanya boleh diantarkan sekali ke sekolah oleh orang tuanya selebihnya menjadi tanggung jawab sekolah sehingga pulang pergi ke sekolah dan selama di sekolah anak-anak di Jepang sudah terbiasa mandiri ( dikisahkan oleh mahasiswa Indonesia yang tugas belajar di Jepang).

Pendapat kami upaya menumbuhkan minat baca akan lebih bagus kalau dimulai sejak dini dimulai dari keluarga inti atau dari komunitas terkecil serta diberikan contoh oleh orangtuanya/diteladani dan senantiasa dibimbing khususnya dalam kebiasaan membaca. Pola asuh anak kita sebagaimana dijelaskan diatas bahwa menjelang tidur biasanya minta ditemani (dikeloni) walau mungkin mendidik kurang mandiri namun ada sisi bagusnya yaitu pada kesempatan itu orangtua bisa memberikan pesan dengan mendongeng, pilihan temanya bias berupa karakter tokoh masyarakat yang berpengaruh dan mempunyai nilai-nilai patriotism sehingga anak akan mudah mengenang ketokohan dan bisa sebagai referensi sikap dan perilakunya, bisa juga berupa pengalaman orang tua yang memiliki nilai-nilai integritas, kebaikan hati, kompetensi dan sebagainya yang bermanfaat bagi perkembangan jiwa anak.

Selanjutnya untuk menambah referensi materi mendongeng kepada anak menjelang tidur, tentunya para orang tua butuh bahan pustaka atau referensi agar banyak variasi dan ceritanya menyegarkan, oleh sebab itu maka kehadiran Perpustakaan kiranya cocok untuk mendukung hal tersebut.

Posting Komentar untuk "Topografi Desa yang Telah Memiliki Perpustakaan di Gunung Kidul Yogyakarta"